Aku cinta Indonesia untuk banyak alasan. Salah satunya karena keindahan alamnya. Taman hutan karst, pantai dan air terjun, adalah tiga hal menakjubkan yang kutemui, ketika menjelajahi Sulawesi Selatan, tanah para daeng.
Perasaan takjub itu yang kemudian menginspirasiku menulis buku panduan berjudul “Backpacking Makassar & Sekitarnya”, diterbitkan oleh Elexmedia tahun 2013. Aku juga menulis cerita perjalanan berjudul “Makassar, Surga di Timur Indonesia”. Cerita itu diterbitkan oleh Penerbit Qultumedia dalam buku antologi berjudul Finding Islam.
Inilah sepenggal cerita pengalamanku ketika menyusuri keindahannya.
Kawasan Hutan Karst
Menjelajah hutan karst bagiku seperti habis melewati mesin waktu. Aku terlempar ke jaman batu, ribuan tahun lalu. Di sana, kutemukan goa-goa purba dengan peninggalan-peninggalannya yang masih terjaga. Sebut saja Goa Leang-leang dengan cap telapak tangan berwarna merah, dan lukisan babi rusa di dindingnya. Stalagtit dan stalagmit juga menjadi keindahan tersediri.
Tak kalah menakjubkan adalah taman batu karst. Ada batu-batu karst dengan berbagai bentuk yang unik. Ada yang menyerupai kepala garuda, ikan, juga dinosaurus. Belum lagi danau kecil yang merupakan pertanda keberadaan sungai bawah tanah.
Untuk sampai ke hutan taman batu karst, aku memilih jalur yang menawarkan pesona kedamaian. Kususuri sungai yang tenang dengan perahu. Selama perjalanan, mata dibuat terpana pada jajaran pohon nipah di kanan dan kiri sungai, legunungan karst tinggi menjulang, juga langit biru dan burung yang terbang bebas di udara.
Kedamaian sebuah dusun segera kutemukan begitu perahu merapat di dermaga. Ada rawa yang merefleksikan keindahan panorama. Pohon-pohon, rumah-rumah panggung, bebek berenang di rawa, atau jajaran gunung karst yang menjadi pagar dusun kecil di tengah hutan karst. Ah…indahnya!
Pantai
Kebanyakan pantai di Sulawesi Selatan punya pasir yang putih dan lembut. Pantai Bara di Bulukumba, misalnya. Pasirnya seputih dan selembut tepung terigu. Dari kejauhan, terlihat gradasi tiga warna pantai yang mempesona. Putih pasir, biru muda air laut di tepian, lalu biru yang semakin pekat seiring kedalaman dasarnya. Aku sampai terlena dan lupa waktu saat berada di sana.
Satu lagi pantai di Bulukumba yang sangat berkesan. Pantai Kaluku namanya. Sebuah tempat yang tepat untuk melihat sunrise. Aku sangat menikmati pemandangan laut lepas, angin semilir di pagi hari, ditambah suara gesekan daun nyiur, menjadi harmoni pagi yang indah untuk dikenang. Saat fajar sudah menyingsing, aku melihat pembuatan perahu pinisi di tepi pantai, yang membuatku semakin bangga telah terlahir di Indonesia.
Pantai-pantai di Pulau Gusung – kabupaten Kepulauan Selayar lebih indah lagi. Aku menjelajahinya dalam sehari. Tak ada wisatawan lain hari itu, sebab bukan hari libur. Serasa pulau dan semua pantainya hanya milikku. Aku bebas berlari di garis pantai yang panjang. Menelusuri goa-goa kecil di tebing karangnya. Mengintip babi rusa yang keluar dari hutan persembunyiannya. Menyapa ramah nelayan dan disambut senyuman.
Beruntung aku mendapat guide yang tau banyak pesona tersembunyi di Selayar. Aku dibawa menyusuri jalan setapak, melihat goa kelelawar yang sunyi, tak jauh dari pantai. Sempat kutepukkan tangan. Kelelawar yang tengah tidur siang hari segera berterbangan di antara stalagtit dan stalagmit. Suaranya berdecit, menggema di dalam goa yang terlihat gelap dan dingin. Sekitar seratus meter dari goa kelelawar, ada goa dengan mulut vertikal. Konon, hidup ular besar di sana. Tak ada yang berani turun ke dalamnya.
Pada kesempatan lain, aku semakin cinta Indonesia kala melihat kepiting berlarian dikejar ombak. Di suatu pagi, di sebuah pantai di Pulau Tinabo. Tau kan di mana? Yup! Takabonerate. Aduh, aku ingin ke sana lagi.
Aku merindui bayi-bayi hiu liar di tepian pantainya. Ingin bertemu penyu yang pernah kulepas bebas ke lautan. Ingin menyapa pohon cemara laut yang sempat kutanam. Apa kabar mereka? Dan bagaimana rupamu, wahai pantai yang pasirnya diwarnai pecahan ganggang merah? Sudahkah menjelma menjadi pantai berpasir pink?
Air Terjun
Jarak ratusan meter harus kutempuh berjalan kaki saat ingin menikmati pesona indahnya Air Terjun Parang Loe. Tetapi, rasa lelah segera terbayar begitu tiba. Aku menyebutnya surga kecil, maha karya Tuhan yang sempurna. Kulihat lempengan batu bertumpuk dan bertingkat, dialiri air yang jernih, bersih dan menyejukkan.
Air terjun Parang Loe disebut juga sebagai air terjun Bantimurung 2. Menurut cerita teman-teman di sana, aliran sungainya berujung pada air terjun Bantimurung yang ada di taman wisata Bantimurung, Maros.
Air terjun Bantimurung di Maros pun tak kalah menawan. Air terjunnya tidak terlalu tinggi, jatuh di dasar sungai yang landai dan bisa digunakan untuk seluncuran. Suasananya teduh karena dilindungi rindangnya pepohonan.
Jika boleh berharap, aku ingin kembali lagi ke sana, sepotong surga yang Tuhan titipkan di tanah Daeng.
wah wah wah mantap sekali, pemandangan pantai nya sangat indah sekali yah mbak? Pemandangan hutan karst nya juga tak kalah indahnya, pokoya sukses terus mba buat traveling sama tulisan tulisan bukunya. Amin
fotonya keren, tulisannya apalagi… sukses mba travelling-nya, kapan2 mampir ke Banjarmasin mba…hehe
wow, masya Allah banget indahnya ya, sama nih, mengingatkan lagi utk bersyukur sdh terlalhir di bumi Indonesia yg superb ini! Fotonya beningggg banget, terbuai dah yg baca, hehe
tanah daeng keren ya kak Noe
menarikkk…… smoga menang yachhh..
Makasiih kakaa
Tulisannya menarik, terimakasih atas partisipasinya dalam lomba blog yang diadakan oleh Airpaz. Semoga menang dan dapat tiket pesawat gratis dari Airpaz 🙂
Aamiin, makasih doanya yaaa
Mba Noe, aku suka banget sama foto dirimu yang menatap pantai, sambil duduk di pasir. Keceeehhh bangettt 😀
Kpn hari googling tiket pesawat ke makassar, ada rencana terbang kesana dlam waktu jauh bersama keluarga mbak…hehehe
Asyeeek, jgn lupa ke Maros yaaak 😉
indahnya Kakkkkkkk
pengalaman dijadikan buku itu keren
Iyaa indah bangeet memang 🙂 makasiih yaa
Bulukamba, kapan yaa bisa Jalan ke daerah sana.. nunggu anak2 besar kayanya..
Baby hiu kaya gmn tuh mba 🙂
Pantainyaaaa
Anak laut tp liat pantai tetep seneng
Ya Allah aku jadi sakaw mau pulang kampung…
Tanah Daeng memang mengagumkan
Waah, ada yg kangen kmpung hlmn niih. Hehe
pasirnya benar2 putih dan bersih ya… jadi pengen guling2 disitu 🙂
Waaah, itu foto pantainya menggoda banget siiih….
Kesan pertama begitu menggoda yoo
Liat foto-fotonya aku mupeng bangeeeet mba! Ah, kapan ya aku bisa nyampe ke Sulawesi yang jauh dari Medan itu? Hehehe. Aku pingin beli bukunya mba Nurul aja, siapa tau terinspirasi buat ngumpulin duit kesana ;). Sukses buat bukunya, ya 😀
Haha, pertama kali ke Makassar aku dpt tmn jalan dr Medan lho. 😉 dikau jg pasti bisaa lah. Ayok ke sanaaaa
Keren banget. Semoga saya ada kesempatan bisa ke Tanah Daeng 🙂
Aamiin mba Nira
Keren banget. Semoga suatu saat nanti bisa ke sana 🙂
Pasti bisa mbaa, percaya deeh
MasyaAllah indahnya, aku juga pengen ke sana. Ah, moga2 ada rejeki.
Moga sukses lmbanya Mbak Nurul 😀
Mba April pasti bisa ke sanaa 😉
Subahanallah..
Foto fotonya keren abiiss mbak…
Bukan fotonya, tapi alamnya yg kereen kan yaa
wow pantainya… bersih… dan bagus..
Ayo mba Ade ke pantaaiii
jadi mupeng kesana…. kapan yaaaaaa
pantai dan pemandangannya masih asli banget ya mbak…
Iyaa, asli ngangenin memang tempatnya. Ke sana deh dijamin jatuh cintaa
Yang bukit karst itu aku pernah nonton di TV, bagus banget..
Emang ya Indonesia gak ada matinya.. bahkan sampai kota kecil-kecil yang jarang diliput media, pasti ada aja keindahan alamnya.
Sukses ya mbak, semoga keturutan rencananya buat ke sulawesi lagi, Aamiin
Nah, Kawasan Karst Maros memang udah seriing bgt diliput di TV. Asli indah banget tempatnyaa
Wah keren banget Mbak Noe. Aku merinding banget liat pemandangan cantiknya. Indah banget yah indonesia♡
Semoga ada rezeki yah buat someday ke sana. Sukses selalu travelling & bukunya Mbak Noe
salam kenal:)
Salam kenal jg mba Ifa, dan makasiih banyak doanyaaa
Keren bangeeeeeet. Harus ke sana suatu hari nanti pokoknya
Haruus, kudu, wajiiib 😉
Ya ampuuuun mbaaaa, itu pantainyaaa ????????????
Aah, mupeng…
Bukunya masih ada di Gramed mba?
Travelling emang cihuy! 😀
Hehe, iyaa
Keren, Mbak tempat-tempatnya. Anyway, jadi pengen baca bukunya ♡
Hihi… Belii di toko buku online masih ada 😀
Seliga terwujuuud ya, back to tanah Sulawesi lagi hehehe
Aamiin, makasiih Ning… :*
Taman batu karst menarik juga ya. Boleh nih.
pantai nya bikin baper mbak, Ya Allah kapan bisa kesitu
Pasti bisa mbaa, coba browsing tiket murah deeh 😉
Selamat buat peluncuran bukunya mbak, pas buat pegangan kalau ke sulawesi
Makasiih mbaa, lg pingin k sana lagi niih. Huhuu
Mba Noe…yaampun aku udah 2 tahun di Sulawesi belum kemana-mana, huhuhuu…
Cuss langsung intip itinerary nya. Sama anak2 juga kan Mba? Krucilsku 2 nih.
Doakan bisa menjelajah Sulawesi ya :*
Aamiin, Sulawesi Selatan daerah yang asik banget buat dijelajahi, ayo mumpung di sana lho 😉
Dari dulu belum kesampaian datang ke Taman Batu Karst Maros ini. Pingin banget padahal.
Hayuk atuhlah Om 😀
Lagi butuh banget refreshing dari segala keriuhan aktivitas harian nih Mba Noe. Disuguhi pemandangan Sulawesi yang indah sedikit kerinduan jalan-jalan terobati.
Btw, aku belum pernah ke sini, kalo boleh tau waktu itu Mba Noe ke Tanah Daeng dibayarin ato bayar sendiri? Gede ga budgetnya?
Bayar sendiri dek. Soal. Budget mah bisa disesuaikan kondisi kok. Aku ke sini ala backpacker, lumayan menekan budget. Kalau mau lihat boleh intip itinerary & budget di sini
http://nurulnoe.com/itinerary-trip-makassar-sulawesi-selatan/
cantik-cantik pemandangannyaa >.<
Makasiih mba Rusydina 🙂
Waah senangnya Mak Noe menuliskan ini.
Foto2nya keren, Mak Noe .. mudah2an makin banyak orang yang tertarik berwisata ke sini ^_^
Terima kasih tulisan kerennya 🙂
Ini Belum semua foto terupload, huhuu.. Anyway, aku jatuh cinta banget sama kampung kelahiranmu mbaaa
Wawa hebat Noe, sukses terus dengan traveling dan bukunya… semoga beruntung
Makasiih mba Shinta, sukses juga untuk mu selalu yaaa