Beberapa hari lalu seorang teman membuatku keki. Akhir bulan ini, dia akan melakukan perjalanan jauh. Mengunjungi suatu tempat yang memberikan kesan mendalam dalam ingatanku. “kesana lagi yuk!” ajaknya melalui kolom komentar di sosmedku.
Teman, kau tau tempat seperti apa yang akan dikunjungi temanku itu?
Adalah pulau Tinabo, sebuah pulau yang menjadi pusat konservasi kawasan Taman Nasional Takabonerate. Pulau kecil dimana panorama matahari terbit sampai tenggelam bisa dinikmati dari satu titik yang sama, dan dengan hanya membalikan badan saja. Pulau kecil dimana terdapat bayi-bayi hiu berenang bebas di tepian pantai yang landai, dan panorama bawah lautnya yang masih alami. Pulau kecil dimana terdapat bungin (gundukan pasir timbul) yang luas dan akan tampak seperti gurun saat difoto dengan angle yang tepat.

Tapi dari pada itu, Pulau Tinabo adalah sebuah pulau dimana aku pernah melepaskan anak tukik untuk hidup bebas ke lautan, mengadopsi terumbu dengan melakukan transplantasi karang, dan menanam sebatang pohon cemara laut. Berharap suatu hari nanti, pohon itu akan tumbuh dengan akarnya yang kuat, pokonya yang besar, daunnya yang rindang, sehingga terbentuk sumber air tawar di pulau yang luasnya tak jauh beda dengan lapangan sepak bola.
Sudah 4 tahun berlalu sejak kunikmati keindahan dan menciptakan kenanganku sendiri di pulau Tinabo. Aku kangen. Sudah sebesar apa pohon yang kutanam? Apakah penyu sisik yang kulepas bisa bertahan di lautan bebas? Sudah sejauh mana dia menjelajah? Apakah dia ingat pulang? Dan terumbu karang yang pernah kutancapkan di dasar lautnya, semoga ia tumbuh dan menjadi rumah bagi ikan-ikan warna-warni di sana. Iya, semoga.
Aku ingat, sesaat sebelum pulang dari surga kecil bernama Tinabo itu, aku berdoa, semoga Tuhan meridhoi sumbangsih kecil yang kulakukan disana. Semoga alam tetap terjaga. Agar kelak anak & cucuku juga bisa melihat hiu, penyu, atau juga lumba-lumba yang hidup bahagia di alam bebas.
Kita semua juga berharap yang sama, kan?
Jika memang begitu, kalian juga pasti setuju dengan kalimat ini;
“Kita tidak mewarisi alam dari nenek moyang, tetapi meminjamnya dari anak cucu kita”
Itu sebabnya, mulai dari diri sendiri, dan mulai dari hal-hal kecil, sebisa mungkin aku turut berperan aktif dalam menjaga lingkungan. Contoh paling sederhana, tidak membuang sampah sembarangan dan mengajarkan anak-anak untuk melakukan hal yang sama.
Selain itu, aku juga senang sekali jika mendengar kabar bahwa perusahaan-perusahaan besar mengalokasikan dana CSR-nya untuk lingkungan. Seperti Sinar Mas Group yang ternyata saat ini sedang berulang tahun yang ke-80.
Tau kan, CSR adalah singkatan dari Corporate Social Responsibility (CSR) atau dalam bahasa Indonesia berarti tanggung jawab perusahaan, yaitu suatu kewajiban atau tanggung jawab sosial perusahaan kepada lingkungan di sekitarnya, baik kepada konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.
Di Jambi, salah satu anak perusahaan Sinar Mas mengajarkan masyarakat tentang pertanian organik. Mereka diajari bercocok tanam dengan memanfaatkan pekarangan yang terbatas. Salah satu contoh bercocok tanam di lahan terbatas misalnya, menggunakan pot atau polybag yang bisa disusun secara vertikal. Nah dalam pot atau polybag itu kita bisa menanam berbagai tanaman seperti tomat, cabai, bayam, sawi dan jenis sayuran lain. Seru ya. Kita bisa dapat sayuran segar dari kebun sendiri.
Selain itu, masyarakat juga diajak menginisiasi Desa Makmur Peduli Api (DMPA) dengan membimbing warga sekitar untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan. Coba bayangkan, kalau program DMPA itu sukses, kita pasti bisa menwujudkan Indonesia bebas kebakaran hutan dan bebas asap.
Konsep DMPA adalah pemberdayaan masyarakat yang dikombinasikan dengan upaya pelestarian lingkungan. Masyarakat diarahkan bercocok tanam secara hortikultura (sayur mayur dan buah-buahan), tanaman pangan, peternakan, perikanan, serta mengolah makanan baik untuk konsumsi sendiri maupun dijual. Fasilitas yang diberikan pun merata, mulai dari hulu ke hilir, meliputi penyediaan alat, benih, pendampingan, sampai membantu memasarkan produk.
Jadi ternyata, inisiasi DMPA awalnya adalah untuk mencegah kebakaran serta perambahan hutan dan lahan di sekitar perusahaan Sinar Mas Group. Namun dalam perkembangannya, peranan DMPA semakin menyeluruh, termasuk membangun kemandirian sosial dan ekonomi warga pedesaan melalui wanatani ramah lingkungan.
Ngomong-ngomong soal pertanian dan masyarakat, salah satu perusahaan Sinar Mas Group juga bermitra dengan petani kelapa sawit swadaya. Sejak tahun 2015, secara bertahap PT. SMART Tbk. mendukung petani untuk melakukan peremajaan perkebunan. Upaya yang dilakukan yaitu memberikan pendampingan on-farm dalam bentuk pemberian benih bersertifikat, pemupukan, praktik agronomi berkelanjutan, berikut mencarikan sumber pendanaan, dengan menyediakan jaminan panen (off-taker). Tujuan kemitraan strategis itu agar para petani swadaya dapat mengingkatkan produktivitas, dan tentunya penghasilan mereka.
Selengkapnya tentang program CSR Sinar Mas, silakan baca di bit.ly/TumbuhBersama atau www.sinarmas.com ya.
Yah, walaupun persoalan lahan sawit yang semakin meluas sempat menjadi isu lingkungan yang memanas. Tetapi dengan adanya komitmen perusahaan untuk sama-sama menjaga lingkungan, semoga alam kita tetap lestari.
Karena kita memang tidak mewarisi alam ini dari nenek moyang, kita hanya meminjamnya dari anak cucu.
Setuju,
Kita harus memulai dari hal kecil dan sekarang juga.
Karena meski kecil itu berarti.
Bayangkan jika semua melakukan hal yang sama.
Dampaknya, Insya Allah semakin besar!
Setuju,
Kita harus memulai dari hal kecil dan sekarang juga.
Karena meski kecil itu berarti.
Bayangkan jika semua melakukan hal yang sama.
Dampaknya, Insya Allah semakin besar!
waaahh… lautnya bersih, pemandangan alamnya indah, hasil kebunnya melimpah, dan binatangnya lucu-lucu… aku pingin kesana jugaaa…. gimana caranya Noe, buatin dong tulisan kalo mo liburan ke pulau tinabo gimana caranya
Setuju..selama ini banyak dari kita yang menuntut diwarisi alam yang lestari padahal
menjaga kelestarian alam tugas kita bersama, harus sadar dan peduli kalau mau menikmati kelestariannya.
MashaAllah~
Tulisan dan informasi yang indah, mba Noe.
Plus judulnya yang bikin aku sadar bahwa sejatinya..manusia tidak memiliki hak apapun dari kehidupan ini, selain hanyalah pinjaman.
Tabarakallahu…
Sooo true! Jangan lupa bahwa semua ini adalah milik-Nya yang perlu selalu kita jaga. Keren programnya nih..dan cantic bangeeet pulau Tinabo
Ah betul, kita hanya meminjam. Krn kasian anak cucu kita kelak kalau alam rusak, bagaimana mereka hdiup ya. Gak boleh egois, mulai dr diri masing2….
Dalem banget pesannya mbak. Sepakat banget kita harus kembalikan alam yang dipinjam dari anak cucu seperti sediakala ya, bahkan harus lebih indah sebelumnya. Thanks remindernya ❤️
Dalem banget pesannya mbak, iya, kita meminjam alam dari anak cucu kita, maka harus dikembalikan secara utuh .. thanks pengingatnya mbak.
Jangan sok mewarisi tapi ngerusak duluan ya heuheu
Aku setuju banget dengan ucapan bahwa kita meminjam alam dari anak cucu kita, Noe. Kita memang punya kewajiban untuk menjaga kelestarian alam demi anak cucu kita, dan bukannya memanfaatkannya sesuka hati.
Ngeliat foto2mu di Tinabo itu, aku jadi iri. Pengin juga ke sana. Aku pun kangen sama dirimu yg dulu, yg selalu tiba2 pergi backpacking sama anak2mu. Hahaha. Walaupun habis itu pasti bakal disenewenin sama embak2 segrup yg wanti2 kalau kamu lagi hamil, Mbak. 😀
Ngeliat kepitingnya gede bangeeet… pasirnya putih dan bersih yaaa. coba semua pantai juga dijaga seperti itu.
Ahhh setuju banget kak Noe,,coba banyak perusahaan kaya Sinarmas land ya jadi SDA ga habis untuk cucu kita .
Amel
Aku kok mrembes mba Noe, jadi pengen bisa ke sana, melakukan apa yang pernah kamu lakukan.
Membantu hal kecil apa yang kubisa untuk kita terus bisa menikmati alam yang telah Dia ciptakan
Hiiks iya ya, kita ini cuma meminjam tapi udah lah minjem, malah merusak, dieksploitasi. Semoga makin banyak yg sadar utk merawat alam 🙂
Betul banget, Mba Noe.
Namun sayangnya hanya berapa persen dari kita yang sadar akan hal itu.
Aku sepakat sama quotesnya. Dan perusahaan2 yang besar2-an mengeksploitasi alam harus bertanggung jawab penuh untuk ikut serta bersama masyarakat mengembalikan alam menjadi lebih ramah untuk anak cucu kita
Aku terbawa sama deskripsi Pulau Tinabo. Bisa menikmati sunset dan sunrise di satu titik yng sama dengan hnya membalikkan badan. Ah, aku rindu sekali tempat cantikk seperti ini……
Quotable banget mba, bener kalau kita ini meminjam alam, kita punya tanggung jawab menjaga alam. Dan pemandangannya itu loh Pure banget yah, semoga bisa ke sana suatu hari nanti 😇
Kasihan tuh pohonnya yg ditanam minta dikunjungi lagi, mungkin dia kangen juga skr 😀 lgs dihajar Noe
Semoga csr seperti yg dilakukan sinarmas ini menjadi inspirasi bagi perusahan2 besar di negeri ini untuk membuat csr yang juga konsen menjaga alam. Aamiin
Setuju sekali jika perusahaan peduli juga dengan kelestarian alam, tidak hanya memanfaatkan hasil alamnya saja. Btw itu pantainya bagus banget jadi pengen nyebur
Seandainya banyak manusia memiliki pola fikir seperti mu mba.. Alam ini akan makin indH
Setuju, Noe. Kita menjaga alam untuk anak cucu. Biar mereka tetap bisa menikmati alam yang indah begini
Membaca deskripsi keindahan Pulau Tinabo, membuat saya ikut membayangkan dan merasakan pasti rindu juga jika pernah ke pulau seindah itu, menjaga alam agar anak cuku kita bisa merasakan keindahannya ya
gud job sinar mas mau tanggung jawab sama lingkungan juga, ga cuma mengambil manfaatnya aja. kalo ga kaya gini bumi kita bisa makin cepat rusak
HAlo mba Nurul. DUh indah sekali ya keindahan alam di Tinabo. Aku belum pernah ke sana. Btw, apa yang dilakukan oleh Sinar Mas keren dan mengisnpirasi ya
memang sebaiknya alam ini dijaga bukan dinikmati sebesar besarnya ya, Noe. Senang rasaya kalau alam tetap asri, ditanami pepohonan dan dijaga keindahannya. Itu melepas penyunya seru yaa
Masya Allah cantik banget Pulau Tinabo itu ya, mbak Noe.
Btw, tahun berapa mbak Noe ke Rammang-rammang tuh?
aku juga lagi seneng bertanam sendiri nih mba. memang benar ya, kita hanya meminjam alam ini, kelak anak cucu kita harus bisa menikmati keindahan dan sumberdayanya juga.
kakak itu foto pertamanya di rammang-rammang maros kah?
maaf kalau salah hehe
sekarang program2 CSR perusahaan besar fokusnya ke pertanian masyarakat ya
memajukan potensi masyarakat di sana juga
Iyak betuul, itu di Rammang2 Maros yg cantik dan damai ituuu
“Kita tidak mewarisi alam dari nenek moyang, tetapi meminjamnya dari anak cucu kita” bener banget. Pemandangannya bagus sepertinya mbak. moga bisa ke sana
Sepakat!