
Bermain di nursery room bandara Soeta
Aku mengulum senyum setiap kali kami bertemu pandang. Dan tatapan mata itu, membuatku merasa terintimidasi.
Adalah seorang bule ganteng yang berulang kali menengok ke arahku. Dia duduk di hotseat paling depan dengan nomor kursi 1D. Kebetulan aku juga mendapat kursi hot seat di baris kedua. Daffa’, aku, dan Abyan, berturut-turut menempati kursi 2A, 2B, dan 2C. Sementara si kurus mendapat kursi nomor 2D, tepat di belakang bule itu duduk. Dan dari kursinya, si bule hanya harus menengok ke arah jam 8 untuk bisa menemukanku.
Sebenarnya tak ada yang aneh dari cara bule itu memandangku. Malah ia membalas setiap senyumku. Hanya saja aku merasa tak enak hati. Takutnya dia terganggu karena suara tangisan baby Ranu yang cetar membahana. Mengalahkan suara deru mesin pesawat yang tengah lepas landas.
Padahal sebelumnya dia anteng-anteng saja. Malah baby Ranu terlihat sangat ceria saat kami sedang menunggu boarding. Kebetulan ada nursery room di ruang tunggu terminal 3 Bandara Soekarno Hatta. Aku membawanya ke dalam ruangan itu saat ia terbangun karena lapar, supaya aku bisa bebas menyusuinya.
Setelah menyusu, biasanya babyku yang lucu itu akan kembali tertidur pulas. Apalagi kalau malam hari, dan menyusunya sambil berbaring di ranjang. Tetapi berhubung suasana ruangan khusus menyusui di bandara ini tampak menyenangkan, aku malah mengajaknya bermain dan bercanda.
Baby Ranu tampak sangat nyaman saat kubaringkan di sofa. Ia menggerak-gerakan kedua tangan dan kakinya. Matanya juga awas melihat ke sekeliling. Bibirnya yang mungil terus mengeluarkan suara “au…au…”, diselingi senyuman dan jeritan bahagia saat kuajak ia berbicara. Nampaknya nuansa warna-warni ruangan nursery room telah menarik perhatiannya.
Bagiku, tak ada yang bisa mengalahkan pesona baby Ranu jika ia sedang ceria. Sehingga rasanya ingin terus berlama-lama melihatnya begitu. Tak ingin segera menidurkannya kembali. Padahal, waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Sementara pesawat yang akan kami tumpangi, dijadualkan take off pada jam 22.35 WIB.

Sebelum take off…
Ok. Ini salahku. Salah karena kelamaan mengajaknya bermain. Aku juga salah karena memilih jadwal flight terakhir yang membuat kami masih dalam perjalanan saat malam telah larut. Dan seharusnya, aku mengajaknya tidur setelah kenyang menyusu di nursery room tadi. Jadi dia tidak harus rewel saat di pesawat.
Kalau sudah begini, aku jadi kewalahan. Aku mencoba menenangkan dengan menyusuinya, tapi ditolak. Ia juga tetap menangis meski sudah kupeluk dan kutimang. Kepalaku jadi pusing. Aku kehabisan ide. Sementara sepasang mata bule itu masih saja mengejarku.
Sebenarnya, dia itu terganggu karena tangisan baby Ranu yang berisik, atau karena terpesona oleh kecantikanku? Eh, aku jadi GR. Tapi lumayan juga, fikiran nakalku sedikit menghibur. Sampai akhirnya seorang pramugari menghampiriku. Pramugari yang sama yang tadi memberiku pelampung khusus bayi.
“Ada yang perlu saya bantu, Ibu? Mungkin botol susunya ada di atas, perlu saya ambilkan?” tanya seorang pramugari sembari menunjuk ke bagasi cabin di atas tempat dudukku.
“Ngga, ngga. Makasih!” jawabku yang tengah sibuk memegangi baby Ranu yang berontak menolak diberi asi. Namun dalam hati aku menggumam, baby Ranu minumnya dari gentongnya langsung kok, Mba.
Pesawat AirAsia yang membawaku terbang ke Surabaya malam itu sudah mulai menembus langit. Lampu kabin kembali dinyalakan. Baby Ranu masih menangis. Dan bule-bule itu juga masih belum bosan menengok dan melihat kami.
Aku mulai risih. Apalagi aku masih berjuang menenangkan baby Ranu dengan menyusuinya. Ah, ribet! Berulang kali aku harus memastikan bahwa dadaku masih tertutupi kerudung lebar yang kukenakan. Masalahnya, baby Ranu yang kusembunyikan di balik kerudung untuk kususui, terus berontak dan menangis. Tangannya bergerak-gerak. Kakinya juga. Ini membuat kerudungku sesekali tersingkap. Duh!
Ingin rasanya aku menangis. Desperate! Apalagi ditambah Abyan yang belum juga bisa membuang rasa takutnya setiap kali harus naik pesawat. Sejak mulai take off, ia bergelayut di lenganku. Bocah 7 tahun itu mencengkeram lenganku lebih kuat setiap kali pesawat terguncang. Wajahnya yang pucat pasi, ia benamkan di ketiakku.
Sabar. Sabar. Aku berujar dalam hati. Memberi sugesti pada diri sendiri. Aku menarik nafas panjang untuk menenangkan diri. Membiarkan oksigen memenuhi rongga dada dan meneruskannya sampai ke otak. Bukankah suplai oksigen yang cukup akan membantu otak untuk bisa berfikir dengan tenang dan lebih jernih?
Bibirku kemudian tergerak untuk membaca doa-doa. Alfatihah, ayat kursi, serta surat-surat pendek untuk membentengi diri, perlahan terlantun begitu saja. Mulai dari gaya komat-kamit a la silent mode, sampai loud mode seiring bertambahnya volume suara tagisan baby Ranu. Macam orang ketakutan yang sedang mengusir hantu saja. Membaca doa sabil teriak.
Tetapi akhirnya lelah pun menghampiri bayi gendut dalam pelukanku itu. Perlahan ia jatuh tertidur. Dan aku lega. Ternyata, untuk bisa menenangkan orang lain, kita butuh menenangkan diri terlebih dahulu. Sama seperti prosedur keselamatan jika terjadi kecelakaan di pesawat, pakai masker oksigen dan atau pelampung pada diri sendiri terlebih dahulu, baru kemudian membantu memakaikannya pada anak-anak.
Akan tetapi, setelah baby Ranu tertidur, mengapa aku merasa ada yang hilang, ya? Tiba-tiba aku merindukan tatapan sepasang mata bule itu. *dijitak si kurus*
Gemesin yaaa Ranu *toweltowel pipi* ehehhehe asli penasaran sama kelanjutan cerita sampe landing 😀
Mbak kemarin kok nggak jadi kopdar? Nggak jadi ke Surabaya tha?
Jadi mbayangin tatapan mata si bule, trus mbayain kejadian yg sama kala muda dulu, ezzzz
Aduh, penasaran dgn si bule itu. Kok gak diterusin to mbak, kan jadi penasaran.
Trus, bulenya dikangenin gak mbak? hehehhe,,,
Ranu bikin gemezz. Nggak berani gendong ntar nangis hehe.
Noe dilanjutin dong ceritanya, bikin penasaran aja 🙂
terus gitu aja? abis baby ranu bobo si bule bobo juga? aah tanggung nih mak hahaha
hihihi..baby Ranu nangis jadi perhatian bule 🙂
Hih ….trus bulene piye iki koq ra diteruske critane :))
Ranu heibat loh udah kemana2, hayok kapan sini sambangi tante lunpia 😉
Tunggu aku ya budhe, aku pasti ke Semaraaang 😉
I feel u mak. Pernh mengalaminya juga. Sampai harus fashion show jalan kesana kemari demi menenangkan rafa. Tapi makin sering naik pesawat skrg sih udah gedean bisa anteng, malah ketagihan naik pesawat *garuda indonesia* hahaha katanya bisa nonton
Btw pengalaman dilihatin bule itu,,kalo aku yg rafa habis nangis terus bule yg di depan pas mau turun senyum lihat rafa tidur capek nangis. Beda sama orang lokal yg memandang sengit. Hehehe
Hihi sama kayak anakku tuuh, enakan naik garuda katanya, ada tipinya :p
Jadi…jadi…bulenya kemana donk, Mbak? Hihihi
Bule nya pergi meninggalkan aku. Hahaha
Jadi? Trus nasib si bule ganteng gimana nih?
wkwkwkw …
Mbaa, nasib bule ganteng mah ttp ganteng. Nasibku lho yg kudu ditanya. Wkwkwk
Duh, kasian Ranu… Ngantuk tapi nggak bisa tidur pastinya. Kupingnya udah dikasih kapas blm pas terbang kmrn? Next time, tidurin Ranu dulu ya sebelum take off, jadi pas take off nanti disusuin untuk ngurangin rasa sakit di kupingnya.
Oh ya, btw, kalau terbang sekeluarga lagi, coba bangkunya dipisah. Salah satu ada yg duduk sama bapaknya gitu, jd dirimu ga kerepotan megang semuanya. :)))
Hahah… Lha anaknyabod mau sama mamaknya, piyw 😀
Kmren ngga sumpel kuping ih, tp Alhamdulillah gk kenapa2. Aamiin…
Mak Noeee.. plis atulaah yg baca udah degdegan ih. Kasih happy ending dong. Hahahha xD
Duh, kurang hepi ya ending yg ini :p
pikiran nakalnya kek gimana mbaaaak? *kemudian ikut dijitak* hihihi skali-kali asik jg kali ya *elooh*
kadang aku kesian kalo ada baby yg rewel pas onboard, mau ngebantuin gk mgkn malah makin ribet jadinya, jatuhnya ikut ngedoain smoga si baby segera tenang.
Dan skali lagi jempoool deh mbak buat kamu yg bawa anggota sak gerbong *winkwink
Nakal dan liaarr haha… Thanks Dwi, someday kamu jg pasti ngerasain tuh bawa bayi kmn2 :p
Ada lanjutan ceritanya ngga ?
Ada maaak :v
Aku pernah sekali ketemu Mbak Noe dan Baby Ranu. Anakmu lucunya kebangetan mbaaak!
Duh, ada rasa sebel sekaligus seneng dong ya bisa dilirik si bule :3
Hihi.. Iya ya, bayi emang nggemesin. Makasiih Putriii
hhh…i feel u makkk… inget saat2 bolak-balik bawa bayi di pesawat.
ranuu sini sini digendong tantee
Auuww… Digendong emak riweuh 😉 mau mau mau
Mungkin baby Ranu rewel karena emaknya lirikin bule ganteng #siapdikeplak
Hoo bisa jadi bisa jadi :p
jadi bersyukur dong ya, waktu baby ranu nangis, kan dilirik bule :p
Iyaah.. Anugerah haha
gampang kok mbak baby Ranunya dicubit aja biar nangis lagi…kan si Bule akan menatap seperti tadi… *langsung dicubit mbak Noe…auuwww.. 🙂
Amsyoong… Hahaha
Akhirnya aku ketemu si Kurus gondrong kemarin mbak ????. Di Intiland Tower Surabaya, FB7.
Pingin ngobrol sama mbak Noe, eh mbak repot banget sama si baby Ranu kayaknya ☺
Hihi…. Maklumin ya mbaa, sok rempong gitu akunya :p
Akhirnya aku ketemu si Kurus gondrong kemarin mbak ????
Hihi… Undah kurus, gondrong lg ya mba :p
Ada foto bule-nya nggak, Mbak?
Haeee… Mak amma pingin dilirik juga, haha
Dari pengalaman melalang ke 21 negara, orang bule biasanya sangat antusias jika melihat anak-anak yang lucu. Bukan hanya para wanita tetapi juga cowok bulenya.
Terima kasih artikelnya yang menarik
Salam hangat dari Surabaya
Iya pakde, bener, bule bule itu pada care sm anak2 😀
Penasaran sama si bule, Mak Noe. Eh…ada potonya gak? hihi *ikut2an dijitak pak kurus
Jgn ah, nanti dirimu naksir lagi sm si bule. Haha
Mungkin baby Ranu ingin tidur dipelukan bundanya, tapi wajar sih mbak kalau rewel soalnya masih kecil pula.
eh awas lho tar mas suami marah, jangan kangenin lagi tu bule hehehe
Ssst… Jgn bilang suamiku ha. :p
hihi…baby ranunya tahu emaknya pingin dilirik bule tuh..jd berulah deh biar emaknya dpt lirikan mata si bule… hihi
Haha… Bayi pinter yaa 😀