Sebenarnya aku bukan tipe traveler yang sering solo traveling. Tetapi bukan berarti aku takut jalan sendirian loh ya. Kadang, ada saat dimana aku harus jadi solo traveler juga karena berbagai sebab. Contohnya saat aku di Kabupaten Kepulauan Selayar pada September 2014 lalu.
Usai mengikuti Festival Takabonerate Island Expedition (TIE), rasanya aku masih ingin menjelajahi pantai-pantai di Pulau Gusung, sebelum kembali pulang ke Serang. Tetapi sayangnya, teman-teman peserta TIE tidak ada yang bisa extend di Selayar karena harus segera kembali bekerja. Jadi ya… Jalan sendiri, Ok lah!
Nah, dari pengalamanku jalan sendirian saat di Selayar itu, aku mencatat ada beberapa hal yang bisa dilakukan saat menjadi solo traveler berdasarkan apa yang aku rasakan. Simak yuk!
Me Time
Sesekali ngga ada salahnya lho punya me time untuk melakukan hal-hal yang kita suka, tanpa terganggu dengan sehala urusan yang biasanya menyita waktu, tenaga, dan pikiran. Apalagi seperti aku yang kadang suka feeling overwhelmed. Kerja seharian, lalu pulang ke rumah harus menjalankan peran sebagai ibu sekaligus istri. Mengutuk keadaan? Ngga juga! Tapi yang namanya stress kadang tetap ngga bisa dihindari, meski sudah berusaha sabar dan iklas menjalani hidup. Human being, lah, ya!
Ya, hidup di antara kewajiban sebagai karyawan, dan rasa cinta yang begitu besarnya kepada keluarga, kadang bisa membuat seseorang lupa bahwa ia juga punya hak untuk menjadi diri sendiri.
Nah, buat yang hobi traveling, ngga ada salahnya sesekali solo traveling, dan sejenak menjadi diri sendiri yang seutuhnya. Coba lakukan apapun yang membuat diri sendiri bahagia, sampai rasa rindu mulai hadir dan membuat kita ingin pulang. Eaa…
Kontemplasi
Ketika sendirian, biasanya seseorang akan terdorong untuk merenung. Ada banyak hal yang bisa memicu untuk melakukan itu, terutama jika kita mau sedikit saja lebih peka dengan menajamkan panca indera. Buka mata, buka hati.
Misal, ketika menikmati keindahan alam, perenungan yang muncul kadang soal kesadaran betapa kecilnya diri kita sebagai manusia, dibandingkan dengan kebesaran Tuhan. Atau, ketika berada di tengah hiruk pikuk kota Jakarta. Pemandangan yang sering kita temui biasanya tak lepas dari potret anak jalanan, pengemis, atau tuna wisma. Itu bisa menambah rasa syukur kita sebagai manusia, yang kadang lupa dan mengeluh karena kebanyakan melihat ke atas.
Ya, selalu ada yang bisa kita renungi dari apapun yang kita lihat, dengar, dan rasakan selama traveling.
Kalau aku, sebagai emak-emak, rasa rindu kepada anak adalah hal yang paling sering kurasakan saat solo traveling. Di saat-saat merasakan rindu itulah aku menyadari betapa banyaknya kesalahan dan kekuranganku dalam menjalankan peran sebagai ibu, juga sebagai istri.
Meeting New Friends
Berdasarkan cerita teman-teman yang sering solo traveling, ternyata mereka ngga benar-benar sendirian dalam perjalanan. Mereka selalu menemukan teman baru. Entah itu sesama traveler, penduduk lokal yang menjadi guide, atau bahkan sopir angkot yang ditumpangi. Awal perkenalan dengan teman baru bisa saja dipicu oleh rasa jenuh karena tidak ada teman ngobrol, lalu basa-basi dengan orang terdekat yang ada di sekeliling kita.
Seperti pengalamanku ketika berada dalam bus, saat traveling di Penang. Aku dan si kurus duduknya berjauhan. Kebetulan, waktu itu aku merasa mual, maklum lagi hamil 5 minggu. Aku mengambil permen di dalam tas dan memakannya. Iyes, permen memang bisa jadi senjata bagiku untuk memerangi rasa mual.
Di sebelahku, duduk laki-laki bule. Karena merasa ngga enak makan permen sendirian, jadi aku menawarinya permen juga. Eh, dia mau nerima. Lalu terjadilah perkenalan dengan teman baru yang ternyata seorang traveler dari Australia.
Sepanjang perjalanan, kami jadi mengobrol banyak hal. Dia bercerita pengalamannya traveling di Indonesia , dan mendapat nama Indonesia dari temannya di Bali. Dia bilang, namanya Gunawan. Aku jadi geli dan tak bisa menahan diri untuk memberi tahu bahwa Gunawan bisa diartikan sebagai seorang yang handsome, even though no hairs (gundul tapi menawan). Dan dia pun bangga menyandang nama itu. 😀
Seandainya, saat dalam bus itu aku duduk berdekatan dengan suami, mungkin yang ada aku cuma manja-manjaan sepanjang jalan. Haha. Meskipun ngga ada salahnya juga sih. Suami sendiri ini. Dan traveling rame-rame bareng teman juga ngga salah. Tapi sesekali mencoba solo traveling juga ok lho!
Nah, kalian yang udah biasa jadi solo traveler, boleh dong share hal seru lainnya saat traveling sendirian.
Paling bahagia tuh saat lagi solo backpacking terus dapat teman yang satu tujuan, gitu. Berasa banget kebersamaannya. 😀
Iya ua idah, travelmate itu ngga harus sahabat lama, bisa juga teman yg baru ketemu. Seruuu
wah ini lagi tren nih Solo Backpacking.. 🙂
Mungkin lg bnyak yg butuh menyendiri ya kak 😀
aku nggak pernah solo travelling, travelling bareng keluarga saja jarang-jarang.
Hahahaha itu singkatan namanya lucu banget, gundul menawan 😀
Seperti nama orang Indonesia ya, Gunawan bukan seperti nama bule
Iya, mba Li. Itu dia dpt nama panggilan dr temennya yg org Bali. Kalo nama aslinya dia mah beda lagi. Haha
Aku juga auka traveling solo terutama karena pekerjaan.. Dan I do enjoy it 🙂
Itu judulnya tuntutan pekerjaan ya mba Indah 😀
Aku juga sering traveling solo dan sangaaat menikmati :).. Selalu ada yang baru
Iyaa, klo jln sendiri kadang kita lbh detil ya lihat banyak hal baru klo pas explore, 😀
Belum pernah jalan sendiri… dan pengeeennn banget. Susah dpt visa dr misua hiksss
Jangan atuuh klo emg gk diijinin, hihi… Jln berdua suami aja, asik malahan kaan
Pengalaman solo traveling kemarin lintas borneo 3 provinsi selama 1 minggu,
bebas berjalan kemana saja tanpa harus gak enak sama travelmate jika berbeda destinasi yang mau dikunjungi.
baik rombongan atau Solo traveling, semuanya ada plus minusnya sih.
Huhuu.. Borneoo, aku blm niih. Tp memang slh satu enaknya solo traveling itu gitu, lbh bebas mau kmn kmn, gk repot nyesuain sm kemauan temen yg kdg gk sejalan sm kita yaa
Aku pengen banget…. pengeeen banget bisa solo traveling. Tapi, aku masih belum nemu pendapat yang kuat banget kalo perempuan diizinkan jalan sendiri tanpa mahram. Hmm.. makanya aku masih belum berani banget mbak kalo harus solo traveling. Kalo udah nemu pendapat yang kuat, pasti aku mau tuh jalan sendirian.
Hehe, gimana nyamannya aja mak di hati, setiap org punya alasannya masing-masing kan, yaa… 🙂
Pas ASEAN Blogger aku ikut kelas solo female traveler dg narsum blogger Philipina. Ternyata seru banget solo traveling itu. Dia pesen , karena kita perempuan yg harus lebih aware dg masalah keamanan, maka kita tidak boleh gegabah, harus pandai membaca situasi sekitar, keep it low profile & banyak riset.
Kalo ke LN blm pernah sih sendirian, hihi. Tapi bener itu kata kenalan mba Lusi, kudu pinter bawa diri demi keamanan ya… 🙂
Asik juga tuh kalo solo traveling. Sebuah tantangan.
Iyaa, tantangan tersendiri 😀
Wah sayangnya aku nggak pernah solo traveling. Kalau bersama teman-teman sering banget aku kak. Bahkan petualangan yang kami lakukan sering kami abadikan di Video Arsip
Waah, klo aku gk bisa bikin video. Padahal seru yaa 😀
belum pernah solo travelling euy, paling banter pasti bawa si kecil 😀
Hihi… Sama bapaknya juga gajgak 😀
Traveling memang paling pas untuk kontemplasi, tulisan yang menarik mbak
Iyaah, sesekali kontemplasi ya, biar refresh jiwa kita. 😀
Aku juga sering ketemu kenalan baru, mba. Jadi banyak dapat cerita unik2.
Nah itu salah satu asiknya, cerita unik ketemu teman baru yaa 😉
dulu pas masih kliah dan ngajar di malang,sering jalan2 sendirian naik bis atau kereta. kalo sendirian enak aja gitu,tapi pas nyampe lokasinya dijemput temen hehehe….belum pernah yang jalan2 kemana gitu sendirian,selalu bareng2
Hehe, cobain sekali-kali mak, explore sendirian :p